Selasa, 01 Oktober 2013

Memilih Pokok Masalah


1.      Sumber permasalahan penelitian
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian slalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggalah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya, dan merumuskannya. Walaupun demikian, agar seorang ilmuan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia haruslah cukup berlatih. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:
a.       Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
b.      Seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah
c.       Pernyataan pemegang otoritas
d.      Pengamatan sepintas
e.       Pengalaman pribadi
f.       Perasaan intuitif [1].

2.      Menentukan pokok masalah penelitian
Peneliti pemula seringkali mengalami kesulitan menentukan permasalahan yang baik. Berikut ini dikemukakan beberapa karakteristik permasalahan yang baik (tepat) dijadikan permasalahan penelitian sebagai berikut:
a.       Topik atau judul yang dipilih adalah sangat menarik.
b.      Pemecahan permasalahan harus bermanfaat bagi orang yang berkepentingan dalam bidang tertentu.
c.       Permasalahan yang dipilih merupakan sesuatu yang baru.
d.      Mengundang rancangan yang lebih kompleks.
e.       Dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan.
f.       Tidak bertentangan dengan moral.




Kriteria atau ciri dalam memilih dan menentukan masalah penelitian adalah:
1.      Masalah yang dipilih harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyisyaratkan adanya kemungkinan pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujian hubungan atau hubungan-hubungan yang dinyatakannya.
2.      Masalah yang dipilih harus harus mempunyai nilai penelitian : (a). mempunyai keaslian, (b). merupakan hal yang penting, (c). dapat diuji, (d). mengungkapkan suatu hubunngan antara 2 atau lebih variabel, dan (e). jelas dan tidak ambigu dalam bentuk kalimat pertanyaan.
3.      Masalah yang dipilih harus fleksibel yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya bahwa : (a). data dan metode untuk  memecahkan masalah harus tersedia, (b). biaya untuk memecahkan masalah relative harus dalam batas-batas kemampuan, (c). waktu untuk memecahkan masalah harus wajar, (d). biaya dan hasil harus seimbang, (e). administrasi dan sponsor harus kuat, dan (f). tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
4.      Masalah yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang dipilih sekurang-kurangnya : (a). menarik bagi si peneliti ; dan (b). cocok dengan kualifikasi ilmiah si peneliti.[2]

Dalam menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di dalamnya dari berbagai permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah.
A.    Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah adalah deskripsi singkat peneliti tentang obyek penelitian yang memuat :
1.      Penalaran pentingnya pembahasan masalah atau alasan yang mendorong pemilihan masalah.
2.      Telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3.      Manfaat praktis hasil pembahasan di dalam skripsi, serta
4.      Perumusan masalah pokok (grand problem) yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang dapat membangkitkan perhatian membaca.
Masalah ilmiah memiliki ciri-ciri minimal sebagai berikut:
1.      Masalah harus fleksible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.
2.      Masalah harus jelas yaitu semua orang yang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
3.      Masalah harus memiliki batas/ ruang lingkup tertentu.
4.      Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.[3]

B.     Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah upaya peneliti untukk mengeksplorasi berbagai kemungkinan pertanyaan yang dapat diajukan dan relevan berkaitan dengan variable penelitian yang dipilih. Jumlah butir pertanyaan tidak dibatasi, sepanjang memiliki relevansi dengan variabel penelitian tersebut.[4]
Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb). Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.



D. Pembatasan Masalah
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak terlalu luas sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiri, tersedia sumber teori  atau peraturan yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah  hasil penelitian berpotensi untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh dari pelaksanaan tugas, penelitian dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia.[5]

E. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian disebut research problem atau dikenal juga dengan istilah pertanyaan penelitian (research question) yang digunakan untuk menjadi panduan dalam menyusun instrument penelitian. Pertanyaan research problem ini disusun setelah peneliti melakukan pembatasan masalah, sehingga pertanyaan penelitian terfokus pada masalah yang ingin dibuktikan atau diteliti lebih lanjut.
Ada beberapa persyaratan dalam menyusun research problem:
1.      Pertanyaan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (pada penelitian kuantitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya apakah, seberapa besar, dan lain-lain yang berorientasi hasil, sedangkan pada penelitian kualitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya bagaimana, mengapa, dan lain-lain yang berorientasi pada proses).
2.      Pertanyaan harus layak dan dapat diteliti sebagai upaya untuk mencari jawaban/ solusi (feasible).
3.      Jawaban bersifat critical incidence artinya dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu (minimal bagi peneliti).
4.      Bisa diukur, bersifat konseptual (ada teori yang dapat dijadikan acuan), sehingga dapat diukur (measurable) dan mudah dilaksanakan (manageable).[6]
Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
1.      Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengungkapkan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.
2.      Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks social atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.
3.      Rumusan masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu hubungan simetris, kausal, dan reciprocal atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan meupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Selanjutnya, hunbungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukann adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.
Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut  terkait dngan variabel penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrument, dan teknik analisa data.
Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan focus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi social tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan focus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut ”emergent design” .
Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah dalam proposal penelitian tantang suatu peristiwa:
1.      Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau seting tertentu? (rumusan masalah deskriptif)
2.      Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu? (rumusan masalah deskriptif)
3.      Apakah peristiwa itu diorganisir dalam pola-pola organisasi social tertentu? (rumusan masalah asosiatif/ hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu kejadian)
4.      Apakah peristiwa itu berhubungan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama atau situasi social lain? (rumusan masalah asosiatif)
5.      Apakah peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristiwa lain? (rumusan masalah komparatif)[7]

3.      Merumuskan judul penelitian
Judul penelitian adalah suatu kalimat singkat dan padat yang menggambarkan suatu penelitian. Sebenarnya pembuatan judul penelitian adalah urutan kesekian dalam tahapan-tahapan penelitian. Judul bisanya dibuat setelah seorang peneliti telah berhasil menentukan topik penelitian. Bahkan ada dosen pembimbing penelitian yang menyarankan agar judul penelitian dibuat setelah penulisan penelitian itu selesai. Mengapa ? karena judul penelitian merupakan bagian dari topik penelitian, sedangkan topik penelitian adalah pokok permasalahan penelitian, sehingga bila sudah mengetahui topik penelitian, maka judul bisa belakangan disusun.
Namun demikian tetap saja judul penelitian sangat menarik untuk dibicarakan dan ditelaah. Karena selain akan jelas tertulis di cover depan, dalam judul penelitian biasanya terdapat penekanan, kata-kata yang menarik, batasan penelitian, metode penelitian dan variable penelitian yang akan diteliti. Masih pusing menentukan judul penelitian ? Berikut adalah  cara membuat judul penelitian yang menarik dan berbobot. Judul sebaiknya :
1. Singkat, jelas dan berbobot. Usahakan jumlahnya tidak lebih dari 25 kata. Judul penelitian harus singkat karena menggambar efektivitas dan efisiensi. Judul jangan terlalu panjang karena akan membingungkan, dan membuat orang berfikir panjang tentang apa focus penelitiannya
2. Harus sesuai dengan topik penelitian. Judul yang baik harus merupakan perwujudan dari topik penelitian. Pembaca akan akan dapat mengetahui atau membayangkan isi dari penelitian, teori yang digunakan, metodologi yang dipakai.
3. Tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku. Judul penelitian berbeda dengan judul judul koran atau headline suatu majalah yang begitu bombastis dan provokatif agar laku dijual. Judul juga tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku seperti norma agama, sosial, budaya dan etika, misalnya adanya unsur penghinaan terhadap kelompok, agama atau nabi tertentu. Judul yang mengandung kata yang tidak sopan juga dilarang.
4. Tidak menimbulkan interpretasi Ganda. Misalnya judul “ Analisis Kultur Budaya dan pengaruhnya terhadap kecenderungan terjadinya Pengangguran di daerah X. Judul ini banyak menimbulkan prasangka “ Apakah yang dimaksud pengangguran adalah unemployment (tidak bekerja) atau underemployment (kadang bekerja, kadang tidak ) ?
5. Tidak provokatif. Judul penelitian haruslah netral dan hanya merupakan dugaan, yang kemudian diteliti dengan menjunjung nilai ilmiah yang tinggi dan tidak memihak atau mengarahkan pembaca.
6. Bukan merupakan kalimat Tanya. Bila menggunakan kalimat Tanya ini adalah judul yang tidak lazim, sangat jarang ditenui karena ini dapat menggambar keraguan dari peneliti. Misalnya judul “ Analisis pengaruh cover majalah terhadap minat baca ?” Perhatikan tanda tanya menunjukkan keraguan.[8]





[1] Suryabrata Sumardi, Metodologi Penelitian.Ed. Cet.9.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 1995.Hal. 61
[3] Maksum Mukhtar. dkk.  Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon, 2007, hal 46.
[4] Ibid.hal.47
[6] Maksum Mukhtar. dkk.  Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon, 2007, hal 47.

[7] Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005,  hal. 35

[8] Usman Rianse dan Abdi. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (2008:44)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar