1. Sumber
permasalahan penelitian
Masalah
yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian slalu ada tersedia dan
cukup banyak, tinggalah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya, dan
merumuskannya. Walaupun demikian, agar seorang ilmuan mempunyai mata yang cukup
jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia haruslah cukup berlatih. Hal-hal
yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:
a. Bacaan,
terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
b. Seminar,
diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah
c. Pernyataan
pemegang otoritas
d. Pengamatan
sepintas
e. Pengalaman
pribadi
f. Perasaan
intuitif [1].
2. Menentukan
pokok masalah penelitian
Peneliti
pemula seringkali mengalami kesulitan menentukan permasalahan yang baik.
Berikut ini dikemukakan beberapa karakteristik permasalahan yang baik (tepat)
dijadikan permasalahan penelitian sebagai berikut:
a. Topik
atau judul yang dipilih adalah sangat menarik.
b. Pemecahan
permasalahan harus bermanfaat bagi orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu.
c. Permasalahan
yang dipilih merupakan sesuatu yang baru.
d. Mengundang
rancangan yang lebih kompleks.
e. Dapat
diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan.
f. Tidak
bertentangan dengan moral.
Kriteria atau ciri dalam
memilih dan menentukan masalah penelitian adalah:
1. Masalah
yang dipilih harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyisyaratkan adanya
kemungkinan pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujian
hubungan atau hubungan-hubungan yang dinyatakannya.
2. Masalah
yang dipilih harus harus mempunyai nilai penelitian : (a). mempunyai keaslian,
(b). merupakan hal yang penting, (c). dapat diuji, (d). mengungkapkan suatu
hubunngan antara 2 atau lebih variabel, dan (e). jelas dan tidak ambigu dalam
bentuk kalimat pertanyaan.
3. Masalah
yang dipilih harus fleksibel yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya
bahwa : (a). data dan metode untuk
memecahkan masalah harus tersedia, (b). biaya untuk memecahkan masalah
relative harus dalam batas-batas kemampuan, (c). waktu untuk memecahkan masalah
harus wajar, (d). biaya dan hasil harus seimbang, (e). administrasi dan sponsor
harus kuat, dan (f). tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
4. Masalah
yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah
yang dipilih sekurang-kurangnya : (a). menarik bagi si peneliti ; dan (b).
cocok dengan kualifikasi ilmiah si peneliti.[2]
Dalam
menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di dalamnya dari
berbagai permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah.
A. Latar
Belakang Masalah
Latar
belakang masalah adalah deskripsi singkat peneliti tentang obyek penelitian
yang memuat :
1. Penalaran
pentingnya pembahasan masalah atau alasan yang mendorong pemilihan masalah.
2. Telaah pustaka
atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas.
3. Manfaat
praktis hasil pembahasan di dalam skripsi, serta
4. Perumusan
masalah pokok (grand problem) yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit
dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang dapat membangkitkan perhatian
membaca.
Masalah ilmiah memiliki ciri-ciri minimal sebagai berikut:
1. Masalah
harus fleksible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya
melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.
2. Masalah
harus jelas yaitu semua orang yang memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut.
3. Masalah
harus memiliki batas/ ruang lingkup tertentu.
4. Masalah
harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.[3]
B. Identifikasi
Masalah
Identifikasi
masalah adalah upaya peneliti untukk mengeksplorasi berbagai kemungkinan
pertanyaan yang dapat diajukan dan relevan berkaitan dengan variable penelitian
yang dipilih. Jumlah butir pertanyaan tidak dibatasi, sepanjang memiliki
relevansi dengan variabel penelitian tersebut.[4]
Masalah
penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan
apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian
secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan
lapangan (observasi, survey, dsb). Masalah penelitian bisa didefinisikan
sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara
variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
D. Pembatasan Masalah
Faktor
lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak
terlalu luas sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiri,
tersedia sumber teori atau peraturan
yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah hasil penelitian berpotensi untuk memperbaiki
pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh dari pelaksanaan tugas,
penelitian dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan biaya yang
tersedia.[5]
E. Perumusan Masalah
Perumusan
masalah dalam penelitian disebut research problem atau dikenal juga dengan
istilah pertanyaan penelitian (research question) yang digunakan untuk menjadi
panduan dalam menyusun instrument penelitian. Pertanyaan research problem ini
disusun setelah peneliti melakukan pembatasan masalah, sehingga pertanyaan
penelitian terfokus pada masalah yang ingin dibuktikan atau diteliti lebih
lanjut.
Ada beberapa persyaratan
dalam menyusun research problem:
1. Pertanyaan
harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (pada penelitian
kuantitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya apakah, seberapa besar, dan
lain-lain yang berorientasi hasil, sedangkan pada penelitian kualitatif
biasanya menggunakan kalimat Tanya bagaimana, mengapa, dan lain-lain yang
berorientasi pada proses).
2. Pertanyaan
harus layak dan dapat diteliti sebagai upaya untuk mencari jawaban/ solusi
(feasible).
3. Jawaban
bersifat critical incidence artinya dapat memberi kontribusi bagi pengembangan
ilmu (minimal bagi peneliti).
4. Bisa
diukur, bersifat konseptual (ada teori yang dapat dijadikan acuan), sehingga
dapat diukur (measurable) dan mudah dilaksanakan (manageable).[6]
Berdasarkan
level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk
rumusan masalah yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
1. Rumusan
masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengungkapkan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas, dan mendalam.
2. Rumusan
masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
membandingkan antara konteks social atau domain satu dibandingkan dengan yang
lain.
3. Rumusan
masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang
lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu hubungan simetris,
kausal, dan reciprocal atau interaktif. Hubungan simetris adalah
hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan meupakan hubungan
sebab akibat atau interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang
bersifat sebab dan akibat. Selanjutnya, hunbungan reciprocal adalah
hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang
diamati atau ditemukann adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau
interaktif.
Dalam
penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dngan variabel penelitian, sehingga
rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai panduan
bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrument, dan
teknik analisa data.
Dalam
penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan focus penelitian masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau
situasi social tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti
kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan
penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang
kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang
menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan
belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan
ditelitinya. Ia akan mengembangkan focus penelitian sambil mengumpulkan data.
Proses seperti ini disebut ”emergent design” .
Berikut
ini beberapa contoh rumusan masalah dalam proposal penelitian tantang suatu
peristiwa:
1. Apakah
peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau seting tertentu? (rumusan masalah
deskriptif)
2. Apakah
makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu? (rumusan
masalah deskriptif)
3. Apakah
peristiwa itu diorganisir dalam pola-pola organisasi social tertentu? (rumusan
masalah asosiatif/ hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu
kejadian)
4. Apakah
peristiwa itu berhubungan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama
atau situasi social lain? (rumusan masalah asosiatif)
5. Apakah
peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristiwa lain? (rumusan masalah komparatif)[7]
3. Merumuskan
judul penelitian
Judul
penelitian adalah suatu kalimat singkat dan padat yang menggambarkan suatu
penelitian. Sebenarnya pembuatan judul penelitian adalah urutan kesekian dalam
tahapan-tahapan penelitian. Judul bisanya dibuat setelah seorang peneliti telah
berhasil menentukan topik penelitian. Bahkan ada dosen pembimbing penelitian
yang menyarankan agar judul penelitian dibuat setelah penulisan penelitian itu
selesai. Mengapa ? karena judul penelitian merupakan bagian dari topik penelitian,
sedangkan topik penelitian adalah pokok permasalahan penelitian, sehingga bila
sudah mengetahui topik penelitian, maka judul bisa belakangan disusun.
Namun
demikian tetap saja judul penelitian sangat menarik untuk dibicarakan dan
ditelaah. Karena selain akan jelas tertulis di cover depan, dalam judul
penelitian biasanya terdapat penekanan, kata-kata yang menarik, batasan
penelitian, metode penelitian dan variable penelitian yang akan diteliti. Masih
pusing menentukan judul penelitian ? Berikut adalah cara membuat judul penelitian yang menarik dan
berbobot. Judul sebaiknya :
1. Singkat, jelas dan berbobot. Usahakan jumlahnya tidak
lebih dari 25 kata. Judul penelitian harus singkat karena menggambar
efektivitas dan efisiensi. Judul jangan terlalu panjang karena akan
membingungkan, dan membuat orang berfikir panjang tentang apa focus
penelitiannya
2. Harus sesuai dengan topik penelitian. Judul yang baik
harus merupakan perwujudan dari topik penelitian. Pembaca akan akan dapat
mengetahui atau membayangkan isi dari penelitian, teori yang digunakan,
metodologi yang dipakai.
3. Tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku. Judul
penelitian berbeda dengan judul judul koran atau headline suatu majalah yang
begitu bombastis dan provokatif agar laku dijual. Judul juga tidak boleh
bertentangan dengan norma yang berlaku seperti norma agama, sosial, budaya dan
etika, misalnya adanya unsur penghinaan terhadap kelompok, agama atau nabi
tertentu. Judul yang mengandung kata yang tidak sopan juga dilarang.
4. Tidak menimbulkan interpretasi Ganda. Misalnya judul “
Analisis Kultur Budaya dan pengaruhnya terhadap kecenderungan terjadinya
Pengangguran di daerah X. Judul ini banyak menimbulkan prasangka “ Apakah yang
dimaksud pengangguran adalah unemployment (tidak bekerja) atau underemployment
(kadang bekerja, kadang tidak ) ?
5. Tidak provokatif. Judul penelitian haruslah netral dan
hanya merupakan dugaan, yang kemudian diteliti dengan menjunjung nilai ilmiah
yang tinggi dan tidak memihak atau mengarahkan pembaca.
6. Bukan merupakan kalimat Tanya. Bila menggunakan kalimat
Tanya ini adalah judul yang tidak lazim, sangat jarang ditenui karena ini dapat
menggambar keraguan dari peneliti. Misalnya judul “ Analisis pengaruh cover
majalah terhadap minat baca ?” Perhatikan tanda tanya menunjukkan keraguan.[8]
[1]
Suryabrata Sumardi, Metodologi Penelitian.Ed. Cet.9.Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada 1995.Hal. 61
[3]
Maksum Mukhtar. dkk. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon, 2007, hal 46.
[4]
Ibid.hal.47
[6]
Maksum Mukhtar. dkk. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon, 2007, hal 47.
[7]
Sugiyono. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005, hal. 35
[8] Usman Rianse dan Abdi. Metodologi Penelitian
Sosial dan Ekonomi (2008:44)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar